BaKkar Membawa “Karinding” Hidup Kembali

Pernah dengar kata karinding? bagi orang yang berasal dari Jawa barat atau sebagian Banten mungkin sudah tahu apa yang dimaksud dengan karinding. Tapi bila belum tahu seperti saya maka ada baiknya saya perkenalkan kesenian musik yang ternyata telah berkembang sejak ratusan tahun yang lalu. Memang sih tidak ada yang tahu pasti sejak kapan kesenian musik karinding ditemukan. Yang pasti seni karinding adalah kesenian daerah tatar sunda yang harus dilestarikan. Karinding adalah alat musik tiup yang terbuat dari pelepah aren atau bambu dengan ukuran 20 cm X 1 cm. Untuk bahan pembuat karinding haruslah dari bambu khusus yang telah berusia tua. Bahkan ada mitos, untuk mengambil bahan karinding harus diambil ketika suara guntur sedang menggelegar. Benar atau tidaknya mitos ini saya sendiri tidak bisa memastikan. Karinding terbagi dari tiga bagian. Bagian untuk memegang disebut pancepengan, bagian keluarnya suara /nada yang terdapat jarum disebut cecet ucing atau ekor kucing sedang bagian ujung karinding di sebut panenggeul (pemukul). Nah bila bagian ini dipukul maka jarum akan bergetar lalu rapatkan ke rongga mulut , maka akan didapatkan bunyi yang khas. Si pemain karinding harus mampu mengalirkan udara dari hembusan napas. Improvisasi pemain sangat dibutuhkan, karena karinding harus dimainkan dengan penghayatan perasaan yang khusus. 

BakKar atau nama kecil dari Barak Karinding merupakan sebuah komunitas yang melestarikan seni budaya karinding. Barak yang artinya tempat tinggal bersama dan Karinding yang merupakan alat musik etnik dari tanah sunda ini mengantarkan kawan-kawan dari Bakkar merintis komunitas ini. Pada tahun 2011, dengan cita-cita untuk melestarikan seni budaya karinding ditengah himpitan era musik modern, BakKar terlahir. Dalam hal ini Barak Karinding menggunakan alat musik tradisional karinding yang dipadukan dengan celempung, bambu air, gleger, soongsoe, goong tiup, djimbe dan juga gitar. Puisi-puisi juga biasa dilantunkan mengiiringi musik dan juga seringkali menggunakan teater sebagai ilustrasi dari musik dan puisi, sehingga tercipta gaya musik yang seringkali mereka sebut, Teater Musik Kontemporer. Ditengah serbuan alat musik barat yang jauh lebih praktis serta terlihat ‘mewah dan gagah’. Barak Karinding sendiri telah berupaya memberikan pengetahuan tentang karinding melalui pertunjukan, ikut pagelaran seni, hingga mencoba mengenalkan lewat berbagai media. Memang tak mudah. Karena Karinding yang terlihat sangat tradisional. Generasi muda kebanyakan juga tak banyak menaruh minat untuk mengembangkan kesenian musik ini. Tapi ditengah ‘sepi’nya peminat musik tradisional muncul orang-orang ‘luarbiasa’ yang mencoba mempertahankan eksistensi musik tradisional seperti Karinding.
Barak Karinding memulai petualangan musiknya pada kegiatan dan pentas pentas lokal lalu berlanjut pada undangan pementasan di beberapa kampus. Barak Karinding juga pernah tampil di ajang perayaan Konferensi Asia Afrika pada tahun 2015 di Bandung. Barak Karinding juga pernah tampil di festival di TMII lalu tampil Banten Radio dan beberapa tempat lainnya. Selain pentas Barak Karinding juga melakukan edukasi dan pengenalan tentang karinding selain juga memberikan alat musik karinding kepada penyelenggara acara dimana mereka tampil. Karinding juga ditawarkan kepada siapa saja yang ingin memiliki dan mencoba belajar. Barak Karinding juga memiliki tempat latihan atau lebih sering disebut sanggar sebagai tempat mengajari anak remaja dan pemuda yang tertarik ingin belajar tentang Karinding. Yang berada di kampung jaha, desa Sentul Jaya, Kecamatan Balaraja.  Proses meng-edukasi ini terus berjalan hingga menarik minat para pemuda setempat.
Barak karinding dari komunitas seniman jalanan lalu berlanjut lebih solid lagi dalam sebuah perkumpulan yang lebih tertata. Diharapkan perkembangan Barak Karinding jauh lebih pesat lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manfaat Membaca dan Menulis